Pendidikan Seni dan Budaya agar Lebih Diprioritaskan

Pentingnya Pendidikan Seni di Sekolah

JAKARTA, KOMPAS — Pendidikan budaya dan seni perlu diberi prioritas yang lebih besar. Berdasarkan penelitian Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), pendidikan seni dan budaya membantu siswa mengembangkan kecerdasan emosional, kreativitas, dan pemikiran kritis. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan serta hasil akademik dan nonakademik para siswa.

PENDIDIKAN seni adalah salah satu bagian dari Kurikulum Merdeka dan merupakan mata pelajaran wajib di sekolah, dari tingkat SD sampai dengan SMA/SMK. Dimasukkannya mata pelajaran ini bertujuan agar anak tidak hanya menggunakan belahan otak kiri semata, tetapi juga otak kanan. Dengan keseimbangan dalam proses belajar inilah diharapkan dapat dihasilkan generasi yang mempunyai wawasan IPTEK luas, keimanan yang memadai, dan budi pekerti yang tinggi. Dengan demikian, pendidikan seni di sekolah merupakan wahana bagi anak didik untuk mengembangkan bakat dan kreativitas melalui bunyi (musik), gerak (tari), dan warna (rupa).

Oleh karena itu, negara-negara anggota UNESCO dengan suara bulat mengadopsi kerangka kerja global baru untuk pendidikan, kebudayaan, dan seni. Hal ini sebagai salah satu komitmen dari Konferensi Dunia tentang Pendidikan Kebudayaan dan Seni yang diselenggarakan oleh UNESCO dan Uni Emirat Arab di Abu Dhabi pada 13-15 Februari 2024.

Pembelajaran seni di sekolah formal berbeda dengan di sanggar-sanggar atau sekolah seni. Perbedaan ini terletak pada konsep dan tujuan. Belajar seni di sanggar atau sekolah seni untuk melahirkan senin. Pendidikan seni di sekolah memiliki tujuan yang berbeda, yaitu (1) sebagai wahana untuk mengembangkan bakat dan kreativitas anak didik; (2) menghasilkan produk budaya berbagai macam suku bangsa; (3) mengembangkan tiga ranah berpikir, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Menghasilkan Produk Budaya Berbagai Suku Bangsa

Pembelajaran seni di sekolah merupakan wahana bagi anak untuk mampu menghargai, mengembangkan dan menumbuhkan sikap toleransi terhadap perbedaan yang ada di dalam bingkai berbangsa dan bernegara. Hal ini penting dilakukan karena saat ini bangsa Indonesia belum dapat menerima perbedaan sebagai anugerah. Konflik berbau SARA sebenarnya dapat kita hindari jika setiap anak didik sejak dini diajarkan tentang hikmah dan arti perbedaan. Perbedaan antara satu manusia, suku bangsa, bahasa, adat istiadat, kesenian, dan sebagainya merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya. Ini harus dijadikan modal untuk membangun masa depan. Tuhan memang menciptakan alam semesta raya ini penuh dengan perbedaan agar mereka saling membutuhkan dan melengkapi untuk kelangsungan kehidupannya.

Mengembangkan Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik.

Pendidikan seni di sekolah yang terdiri dari seni tari, seni musik, dan seni rupa dalam pelaksanaannya belum semuanya terpenuhi. Ada sekolah yang hanya melaksanakan pendidikan seni tari, ada juga yang hanya seni rupa atau seni musik, tetapi ada juga yang melaksanakan ketiga-tiganya. Hal itu disesuaikan dengan ketersediaan guru di sekolah yang bersangkutan. Apapun pendidikan seni yang diberikan kepada anak didik, harus mampu mengembangkan tiga ranah belajar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari segi kognitif, pembelajaran seni harus meliputi pemahaman, pengertian, analisis, dan evaluasi. Dari segi afektif, pembelajaran seni harus menumbuhkan sikap minat, menghargai, menghayati, mampu bekerja sama dengan orang lain, dan menumbuhkembangkan jiwa seni. Pembelajaran seni dari segi psikomotorik berarti siswa harus mempunyai keterampilan, mampu mencipta (sederhana) dan mengekspresikan dalam bentuk warna, suara dan gerak.

Bagaimana Format Pendidikan Seni?

Untuk dapat mencapai tujuan tersebut di atas, diperlukan format pendidikan seni di sekolah formal. Setidaknya ada dua hal pokok yang harus dierhatikan, yaitu filosofi dan pembelajaran seni. Filosofi pendidikan seni ini meliputi empat unsur, yaitu:

  1. Ide-ide seni

Pembelajaran seni harus dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mengungkapkan ide-ide seni dan mengkomunikasikannya kepada orang lain baik berupa tari, rupa, atau music.

  1. Karya Seni

Pembelajaran seni di sekolah harus memberikan keterampilan, teknik, aturan, dan teknologi dalam berkarya seni. Hal ini penting agar anak didik mampu mengkolaborasikan berbagai macam unsur yang dapat menunjang seseorang untuk dapat berkarya dengan optimal.

  1. Apresaiasi Seni

Pembelajaran seni di sekolah harus mampu menumbuhkembangkan rasa estetika, persepsi, pengetahuan, pemahaman, menanggapi, dan kerefleksian dalam analisis dan evaluasi karya seni anak. Dengan demikian, anak didik mempunyai kemampuan untuk menilai dan menghargai karya orang lain. Dengan kata lain, anak didik mempunyai kepekaan imajinasi, ekspresi, dan mampu menampilkan karya seni.

  1. Seni dalam masyarakat (Implementasi setelah anak melakukan kegiatan)

Pembelajaran seni di sekolah juga harus memberikan berbagai macam pengetahuan tentang seni yang ada di dalam masyarakat. Pengetahuan ini meliputi fungsi, aturan-aturan, dan sifat seni tersebut dalam masyarakat pendukungnya. Dengan demikian, setiap anak mempunyai pengetahuan yang memadai dalam pertumbuhan dan perkembangan seni masyarakat.

Pembelajaran Seni

Pembelajaran seni di sekolah harus mampu mengembangkan bakat dan kreativitas. Untuk itu, diperlukan beberapa syarat, antara lain diterapkannya metode kreatif dan imitative.

  1. Metode Kreatif

Metode ini membangkitkan dan menumbuhkan sikap kreatif pada anak. Metode kreatif dilakukan dengan eksplorasi. Artinya, anak menjelajahi berbagai macam kemungkinan yang ada. Di bidang tari, anak-anak diberikan kebebasan untuk mengungkapkan perasaan melalui gerak. Berbagai tingkat (level) dapat mereka ciptakan. Berbagai macam sumber gerak dapat mereka manfaatkan. Di bidang musik, anak-anak dapat menjelajahi berbagai macam bunyi dan suara, baik yang dihasilkan oleh alat maupun tubuh sendiri. Dalam bidang seni rupa, anak-anak harus diberi kesempatan untuk mengadakan penjelajahan terhadap berbagai macam unsur warna dan garis dalam dimensi ruang. Guru berperan sebagai mediator atau fasilitator. Dengan demikian, setiap anak didik mampu untuk mencipta sesuai dengan minatnya masing-masing. Dalam eksplorasi yang penting adalah dilakukan dengan cara terbimbing agar anak tidak lepas kendali. Di dalam metode ini, diharapkan anak didik mampu menemukan berbagai macam gerak, bunyi, dan warna baru, serta mampu memecahkan masalah, baik secara individu maupun kelompok.

  1. Metode Imitatif

Metode imitatif mempunyai makna yang dalam jika diikuti oleh metode imitative. Metode imitative ini merupakan stimulus bagi anak untuk mendapat respon. Implementasinya dalam seni tari, anak-anak menirukan benda-benda yang bergerak karena benda lain, seperti angina dan tongkat. Dalam seni music, anak-anak menirukan beragam bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat resonansi, dan sebagainya. Dalam seni rupa, anak-anak menirukan berbagai macam contoh alam semesta sebagai objek untuk lukisannya. Pada akhirnya, metode imitatif ini bukan untuk memasung kreativitas anak, tetapi sebagai jembatan untuk kemudian anak didik membuat yang lebih baik atau mengkombinasikan dari apa yang mereka lihat dan rasakan.

Pembelajaran seni di sekolah akan berhasil dengan baik jika ada kerja sama dan koordinasi pihak-pihak yang berkompeten. Pendidikan seni juga harus dapat dilihat secara komprehensif sehingga tidak ada lagi nada minor dalam masyarakat. Sudah saatnya di era merdeka belajar ini, paradigma pendidikan kita diubah, yaitu membangun manusia berimtag tinggi, berwawasan luas, dan mempunyai kehalusan budi. Semoga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *