Faktor dan Dampak Makanan Cepat Saji Bagi Kesehatan Remaja

Sebagai salah satu kebutuhan primer bagi manusia, makanan berkontribusi dalam mempertahankan kelangsungan hidup. Pada zaman dahulu, makanan cepat saji belum berperan penting bagi nenek moyang. Untuk memenuhi kebutuhan pangan, mereka lebih memilih bercocok tanam atau beternak sendiri. Selain itu, mereka bisa mendapatkan bahan pangan dengan cara menjual hasil dari bercocok tanam maupun hasil ternak mereka

Berkat kecanggihan teknologi pada zaman modern saat ini, kehadiran makanan cepat saji semakin memanjakan manusia dalam memenuhi kebutuhan primer sehari-hari. Pola konsumsi masyarakat Indonesia dapat terganti akibat makanan cepat saji. Semakin banyak restoran cepat saji dapat mengubah gaya hidup masyarakat. Masyarakat menginginkan semua dilakukan secara instan, praktis, serta cepat dalam mengonsumsi makanan tanpa memikirkan kandungan makanan yang mereka konsumsi.

Makanan cepat saji memiliki banyak sekali ragam jenis, dari makanan ringan hingga berat. Sejalan dengan perkembangan pada jumlah dan jenis makanan, kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi makanan semakin beraneka ragam termasuk kegemaran mengonsumsi makanan cepat saji . Padahal jika dikonsumsi berlebihan, makanan cepat saji dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan.

Kita ketahui tentunya kaitan antara makanan cepat saji dan kesehatan mempunyai hubungan yang sangat erat. Banyaknya aneka ragam jenis dari makanan cepat saji atau fast food membuat kita tertarik untuk mencobanya, baik orang dewasa, remaja mapun anak-anak pastinya pernah mencobanya. Berkaitan dengan hal tersebut banyak diduga kuat bahwa kalangan remaja lebih banyak mengkonsumsi makanan cepat saji atau fast food.

Remaja adalah orang yang berada pada usia antara 10 hingga 19 tahun. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014, remaja adalah kelompok usia 10 tahun sampai berusia 18 tahun. Remaja dimulai pada usia 12 tahun dan berakhir sekitar usia 17 atau 18 tahun. Remaja memiliki kebutuhan nutrisi yang spesial dibandingkan kelompok umur lainnya. Hal ini karena pada saat remaja terjadi pertumbuhan yang pesat dan perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan masa pubertas.

Remaja membutuhkan kebutuhan gizi yang berbeda apabila ditinjau dari sisi biologis maupun psikologis. Secara biologis, kebutuhan nutrisi remaja harus seimbang dengan aktivitasnya. Remaja membutuhkan lebih banyak protein, vitamin dan mineral dari setiap energi yang dikonsumsi dibandingkan dengan masa anak-anak. Kebutuhan gizi pada remaja perlu diperhatikan. Hal ini karena kebutuhan nutrisi pada remaja meningkat karena terjadi peningkatan pertumbuhan dan perkembangan. Selain itu, gaya hidup dan kebiasaan makan yang berubah juga akan mempengaruhi asupan gizi remaja. Kelompok usia remaja disibukkan dengan banyaknya aktivitas fisik. Oleh karena itu, kebutuhan kalori, protein, dan mikronutien pada usia remaja perlu diperhatikan.

Makanan cepat saji atau fast food juga dikenal masyarakat dengan istilah junk food. Secara harfiah, junk food diartikan sebagai makanan sampah atau makanan tidak bergizi. Istilah tersebut berarti menunjukkan makanan-makanan yang dianggap tidak memiliki nilai nutrisi bagi tubuh. Makan makanan junk food tidak hanya sia-sia, tetapi juga dapat merusak kesehatan. Gangguan kesehatan akibat makan makanan junk food seperti obesitas atau kegemukan, diabetes, hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, kanker, dan lain sebagainya.

Namun, kebiasaan makan dengan mengonsumsi makanan cepat saji ataupun junk food berlebih akan berdampak buruk bagi kesehatan, baik pada anak, remaja, maupun dewasa. Makanan cepat saji dapat meningkatkan risiko beberapa penyakit, seperti obesitas, diabetes, hipertensi, dan gangguan lemak darah atau dislipidemia. Selain itu, makanan cepat saji dalam waktu yang lama juga akan mempengaruhi kesehatan gigi. Makanan cepat saji yang memiliki kandungan gula yang tinggi dapat menyebabkan karies gigi atau gigi berlubang.

Ada beberapa factor yang mempengaruhi perilaku remaja dalam hal konsumsi makanan cepat saji di antaranya :

1) Pengetahuan gizi yang kurang serta menongonsumsi makanan yang tidak bergizi dapat menimbulkan masalah rendahnya zat gizi dalam tubuh

2) ajakan teman sebaya menjadi salah satu faktor yang mempengauhi remaja untuk memilih makanan cepat saji atau fast food dibandingkan dengan makanan lainnya.

3) Restoran makanan cepat saji ataupun junk food biasanya menjadi tempat berkumpul bersama keluarga ataupun teman

4) Pelayanan yang cepat dan penyajian yang praktis

5) makanan cepat saji adalah makanan yang memiliki rasa yang enak, mudah didapat dan dapat menggugah selera makan.

6) Ketersediaan uang saku yang diterima remaja

7) Harga yang murah dan porsi besar yang ditawarkan restoran cepat saji

8) Brand dari suatu restoran cepat saji

Dari beberapa ulasan di atas tentunya kita perlu cermati bersama bahwa makanan cepat saji merupakan makanan yang kurang baik bagi remaja apabila dikonsumsi terlalu sering. Apabila makanan cepat saji dikonsumsi secara berlebihan, maka akan berdampak pada kesehatan remaja. Masalah kesehatan tersebut adalah obesitas, meningkatkan faktor risiko hipertensi, diabetes, kanker, penyakit jantung, dan stroke

Mengenal Kandungan Makanan Cepat Saji (Fast Food) dan Risikonya

Makan di restoran cepat saji memang menggoda, terlebih berkat kepraktisan, harga terjangkau, dan rasanya yang nikmat. Namun, konsumsi makanan cepat saji tentu memiliki sejumlah dampak buruk yang perlu Anda waspadai.

Apa itu makanan cepat saji?

Makanan cepat saji atau fast food adalah jenis makanan yang bisa dipersiapkan dan disajikan dalam waktu cepat sehingga dapat segera dikonsumsi.

Jenis makanan ini umumnya populer karena harganya yang relatif mudah, rasanya yang enak, serta praktis mudah dibawa ke mana saja.

Tak heran, fast food sering menjadi pilihan menu makan siang ketika Anda tengah menjalani rutinitas harian yang padat.

Istilah makanan cepat saji yang populer dengan sebutan fast food sering disamakan dengan junk food, padahal keduanya berbeda.

Fast food merujuk pada penyajian makanan yang cepat dan praktis, sedangkan junk food mengacu pada makanan dengan nilai gizi yang sangat rendah.

Tidak semua fast food tergolong junk food karena sebagian masih tergolong bernutrisi dan bermanfaat bagi tubuh Anda, misalnya burger atau salad.

Di sisi lain, junk food jelas tidak baik untuk kesehatan karena minim zat gizi penting, seperti bahaya kentang goreng yang tinggi kandungan lemak jenuh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *