Cerita Rakyat Danau Toba, Lengkap dengan Pesan Moralnya

Legenda Danau Toba menceritakan kisah seorang pemuda yatim piatu bernama Toba. Toba merupakan seorang petani ladang, yang terkadang juga mencari ikan di sungai dekat rumahnya untuk dijual di pasar. Suatu hari, ia memancing ikan di sungai dan tak beberapa lama kemudian mata kail alat pancingnya dimakan ikan. Ia angkat dan benar saja, Toba menangkap ikan emas berukuran besar. Toba pun membawanya pulang.

Sesampainya di rumah, tiba-tiba ikan yang ia bawa berubah menjadi seorang perempuan cantik dan berkata, “Tuan, aku adalah seseorang yang mendapat kutukan dari Dewa karena melanggar aturan. Aku akan berubah menjadi apa saja ketika ada orang yang menyentuhku. Tolong tuan, beri aku tempat tinggal”.

Toba yang masih tercengang pun menyetujui permintaan tolong perempuan cantik itu. Mereka saling berkenalan dan akhirnya Toba pun jatuh cinta padanya. Toba pun menikahi perempuan cantik tersebut dan ia resmi menjadi istri Toba.

detikers pastinya sudah tak asing dengan Danau Toba. Danau Toba merupakan danau tekto-vulkanik yang berada di Sumatera Utara, dilansir situs resmi Pemprov Sumut.
Danau yang membentang sepanjang 100 km dan lebar 30 km ini terbentuk akibat letusan super dahsyat dari Gunung Api Purba Toba, dijelaskan situs Kemenparekraf. Namun, masyarakat setempat punya kisah tersendiri perihal asal-usul terbentuknya Danau Toba.

Singkatnya, cerita rakyat Danau Toba menceritakan tentang kisah seorang pemuda bernama Toba dan seekor ikan mas. Toba mengikat janji dengan ikan tersebut, tetapi pada akhirnya gagal untuk menepatinya.

Selengkapnya, simak cerita rakyat Danau Toba beserta pesan moralnya di bagian berikut!

Cerita Rakyat Danau Toba

Dikutip dari buku Cerita Rakyat Nusantara oleh Faulia Rahma, berikut cerita rakyat Danau Toba selengkapnya:

Pada zaman dahulu, di sebuah desa di Sumatera Utara. Hiduplah seorang petani bernama Toba. Ia hidup sendiri sebatang kara. Setiap hari ia bekerja menggarap ladang dan mencari ikan. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Pada suatu hari, Toba pergi ke sungai di dekat rumahnya, ia bermaksud mencari ikan untuk lauknya hari ini. Dengan hanya berbekal sebuah kail, umpan, dan tempat ikan, ia pun langsung menuju ke sungai. Setelah sesampainya di sungai, petani tersebut langsung melemparkan kailnya.

Sambil menunggu kailnya dimakan ikan, Toba berdoa, “Ya Allah, semoga aku dapat ikan banyak hari ini.” Beberapa saat kemudian, kail yang telah dilemparkannya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani tersebut sangat senang karena ternyata ikan yang didapatkannya kali ini sangat besar.

Setelah beberapa saat memandangi ikan hasil tangkapannya, Toba sangat terkejut. Ternyata ikan yang ditangkapnya itu bisa berbicara! “Tolong aku jangan dimakan Pak, biarkan aku hidup”, ucap ikan itu. Tanpa banyak tanya, ikan tangkapannya itu langsung dikembalikan ke dalam sungai kembali.

Selang beberapa menit, Toba terkejut. karena tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik. “Jangan takut Pak, aku tidak akan menyakiti kamu,” kata si ikan. “Siapakah kamu ini? Bukankah kamu seekor ikan?” tanya Toba. “Aku adalah seorang putri yang dikutuk, karena melanggar aturan kerajaan,” jawab Wanita itu. “Terima kasih engkau sudah membebaskan aku dari kutukan itu. Sebagai imbalannya, aku bersedia kau jadikan istri,” kata Wanita itu.

Tanpa pikir lama, petani itu pun mengangguk. “Baiklah, saya setuju,” ucapnya. Namun, wanita ini mensyaratkan satu permintaan terakhirnya. “Kamu berjanji tidak boleh menceritakan asal-usul saya yang berasal dari seekor ikan,” kata calon istrinya itu. “Jika janji itu dilanggar, niscaya akan terjadi petaka yang sangat dahsyat,” ucapnya dengan tatapan serius.

Setelah beberapa bulan menikah, kebahagiaan Toba bertambah karena sang istri telah melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Samosir. Anak mereka tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan kuat, tetapi ada kebiasaan yang membuat heran orang-orang.

Samosir selalu merasa lapar dan tidak pernah merasa kenyang. Hingga suatu hari, dia mendapat tugas dari ibunya untuk mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Namun, tugas tersebut tidak dipenuhinya. Semua makanan yang seharusnya untuk ayahnya dilahap habis. Setelah itu, dia tertidur pulas di sebuah gubug. Karena sudah tidak tahan menahan lapar, Pak Toba yang berada di sawah langsung pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, petani ini melihat anaknya sedang tertidur di gubug. Pak Toba langsung membangunkan anaknya. “Hey Samosir, bangun!” teriaknya.

Setelah anaknya terbangun, petani itu langsung menanyakan makanannya. “Mana makanan buat Ayah?”t anya Pak Toba. “Sudah habis kumakan,” jawab Samosir. Mendengar hal tersebut, Pak Toba langsung memarahi anaknya. “Anak tidak tahu diuntung! Tak tahu diri! Dasar anak ikan!” umpat Pak Toba tanpa sadar telah melanggar janji dari istrinya.

Setelah petani mengucapkan kata tersebut, seketika itu juga anak dan istrinya hilang. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras disertai dengan turunnya hujan dan petir. Air meluap sangat tinggi dan luas hingga membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba.

Pesan Moral dari Cerita Rakyat Danau Toba
Ada banyak pesan moral yang bisa dipetik dari cerita rakyat Danau Toba. Berikut penjelasannya:

1. Tepatilah Janji yang Telah Dibuat
Amanat pertama adalah apabila seseorang berjanji, maka ia wajib menepatinya supaya tidak ada orang yang tersakiti. Hal ini dapat dilihat dari tokoh Toba.

Jauh sebelum kelahiran Samosir, Toba telah membuat janji dengan istrinya, yang merupakan jelmaan ikan, bahwa ia tidak akan pernah mengungkap identitas asli istrinya itu kepada putranya.

Akan tetapi, Toba mengingkarinya yang lantas membuat ibu Samosir kecewa. Akibatnya, putra dan istrinya menghilang dan kemudian muncul mata air yang selanjutnya membentuk Danau Toba.

2. Mematuhi Perintah Orang Tua
Satu hal yang bisa dipelajari dari tokoh Samosir adalah bahwa seorang anak sepatutnya mematuhi perintah orang tua.

Ibunya telah memerintahkan Samosir untuk mengantarkan makanan ke ayahnya. Namun, anak laki-laki tersebut malah memakannya di tengah jalan. Tak heran jika Toba tersulut emosinya akibat perbuatan putranya itu.

3. Jangan Mengambil Hak Orang Lain
Masih berkaitan dengan poin sebelumnya, pesan moral lain dari cerita rakyat Danau Toba adalah untuk tidak mengambil hak orang lain.

Samosir yang memakan bekal ayahnya termasuk ke dalam perbuatan mengambil hak orang lain. Ini karena bekal tersebut ditujukan untuk sang ayah, bukan dirinya. Tentu itu merupakan perbuatan kurang baik.

4. Menahan Amarah
Dari kisah Toba, pembaca dapat pula belajar akan pentingnya bersabar dan menahan amarah. Pasalnya, ketika seseorang marah, dirinya bisa saja tidak sadar mengucapkan sesuatu yang bisa menyakiti perasaan orang.

Sama halnya dengan Toba. Sewaktu kesal akan perbuatan putranya, Toba secara tak sadar mengucapkan “Anak ikan” kepada Samosir, yang berarti ia telah mengingkari janjinya kepada istrinya.